Meskipun krisis global berdampak negatif terhadap laju pertumbuhan ekspor nasional, neraca perdangangan Indonesia tetap mengalami surplus. Hal ini disebabkan karena penurunan jumlah import masih lebih besar jika dibandingkan ekspor.
Berdasarkan data BPS, surplus neraca perdagangan selama bulan April 2009 mencapai 2,08 miliar US Dollar. Sementara surplus untuk periode Januri-April 2009 adalah sebsar 6 miliar US Dollar. Kondisi ini akan berdampak pula pada kenaikan cadangan devisa.
Nilai ekspor bulan untuk April 2009 mencapai 8,46 miliar US Dollar atau turun sebesar 1,81 persen dibandingkan bulan Maret 2009. Dan jika dibandingkan dengan bulan April 2008 terjadi penurunan sebesar 22,55 persen..
Sedangkan nilai ekspor periode Januari-April 2009 secara komulatif, mencapai 31,49 miliar US Dollar atau turun 29,5 persen dibandingkan periode Januari-April 2008.
Untuk ekspor non-migas mencapai 26,9 miliar US Dollar atau turun sebesar 22,68 persen. Penurunan terbesar adalah pada biji besi, kerak dan abu logam, sebesar 592,3 juta US Dollar dan peningkatan terbesar pada bahan bakar mineral sebesar 238,6 juta US Dollar.
Volume ekspor untuk komoditas batu bara, selama periode Januari-April 2009 adalah sebesar 53,5 juta ton atau turun sekitar 22 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 69,04 ton. Namun dari segi nilai, terjadi kenaikan sebesar 21,31 persen dibandingkan periode Januari-April 2008 atau sekitar 2,38 miliar US Dollar.
Untuk komoditas CPO nilai ekspor Januari-April 2009 naik tipis 4,3 persen, dari 5,34 juta ton pada periode Januari-April 2008 menjadi 5,57 juta ton pada periode Januari-April 2009. Namun nilai ekspornya turun sebesar 5,19 miliar US Dollar.
Sedangkan nilai impor bulan April 2009 mencapai 6,38 miliar US Dollar atau turun sebsar 2,58 persen dibandingkan bulan Maret 2009, sebesar 6,55 miliar US Dollar. Sementara nilai impor periode Januari-April 2009 mencapai 25,48 miliar US Dollar atau turun sebesar 38,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2008.
Sponsor: